Wednesday, November 28, 2018 | By: Fajar Aji Kurniawan

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PROVINSI JAWA TENGAH


MAKALAH PENGANTAR EKONOMI PEMBANGUNAN
“PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PROVINSI JAWA TENGAH”
Disusun oleh :



Adeline  Christiane  L.
Fajar  Aji  Kurniawan
Husnan  Wisnu  P.     
Rachma Alfazdilla

(10216116)
(12216542)
(13216328)
(15216898)
Dosen: Irwandaru Dananjaya, SE, MM.
KELAS 3EA12
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS GUNADARMA
2018
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dan Puji Syukur kehadirat Allah SWT saya ucapkan atas selesainya Makalah “PEMBANGUNAN  INFRASTRUKTUR PROVINSI JAWA TENGAH” Mata kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan. Tanpa Ridha dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat terselesaikan.
Kemudian saya tak lupa mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irwandaru Dananjaya selaku dosen mata kuliah Pengantar Ekonomi Pembangunan yang memberikan tugas makalah yang mengcangkup seputar gambaran mengenai pembangunan infrastruktur di provinsi Jawa Tengah, sehingga menambah wawasan dan pengetahuan saya. Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Terima Kasih.


                                                                                    Depok, 7 November 2018

                                                                                                Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ……………………………………………………..
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ………………………………………………………….
1.2.Rumusan Masalah ……………………………………………………....
1.3.Tujuan Penulisan ………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Gambaran Pembangunan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah …………
2.2  Dampak Positif dan Negatif dari Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah ......................

BAB III KESIMPULAN
A.    3.1 Kesimpulan...............................................................................................
B.     3.2 Saran…………………………………………………………………….
C.     DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

ii
iii

1
2
2


3

8


10
10
12


 BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Pembangunan suatu daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk itu pembangunan membutuhkan pendekatan yang tepat, guna menghasilkan pertumbuhan yang disertai pemerataan. Infrastruktur berperan penting dalam peningkatan investasi dan memperluas jangkauan partisipasi masyarakat, serta pemerataan hasil pembangunan.
Kajian teori ekonomi pembangunan menjelaskan bahwa untuk menciptakan dan meningkatkan kegiatan ekonomi diperlukan sarana infrastruktur yang memadai. Infrastruktur juga merupakan segala sesuatu penunjang utama terselenggaranya suatu proses pembangunan suatu daerah. Dengan meningkatnya kebutuhan dalam pembangunan infrastruktur untuk mendukung pertumbuhan ekonomi telah mengantar pemerintah Indonesia untuk menyediakan kerangka kerja yang lebih baik untuk menarik investasi dan partisipasi swasta di skala yang terukur dalam proyek infrastruktur.
Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Dari alokasi pembiayaan publik dan swasta, infrastruktur dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Infrastruktur juga berpengaruh penting bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, antara lain dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran yang nyata. Infrastruktur juga memiliki pengaruh penting dalam peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja.
Sifat dan jenis infrastruktur yang diperlukan suatu daerah dipengaruhi oleh karakteristik alam dan pola persebaran penduduk yang khas pada daerah tersebut. Infrastruktur bukan hanya diperlukan untuk meningkatkan daya saing demi mendorong lebih banyak kegiatan investasi, produksi dan perdagangan, tetapi juga untuk mempercepat pemerataan pembangunan sehingga tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat diturunkan.
Selain itu, keberadaan infrastruktur juga sangat diperlukan agar proses pembangunan sumber daya manusia di suatu daerah dapat berjalan dengan baik. Proses pembangunan yang disertai dengan perkembangan teknologi yang cepat mengharuskan adanya pendekatan yang benar-benar tepat dalam program pengembangan SDM.

1.2.Rumusan Masalah
     Terdapat beberapa rumusan masalah pada makalah ini yaitu sebagai berikut:
1.      Bagaimana gambaran pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Jawa Tengah?
2.      Apa saja dampak positif dan negatif pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Jawa Tengah?

1.3.Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari makalah yang ditulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.   Untuk menengetahui gambaran pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
2.   Untuk menngetahui apa saja dampak positif dan negatif pembangunan infrastruktur terhadap pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Jawa Tengah.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1.   Gambaran Pembangunan Infrastruktur Provinsi Jawa Tengah
Infrastruktur adalah mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi,
air, bangunan, dan fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
dasar manusia secara ekonomi dan sosial. Grigg mengelompokkan infrastruktur dalamenam kategori yakni:
1.      Kelompok jalan (jalan, jalan raya, jembatan)
2.      Kelompok pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara)
3.      Kelompok air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air)
4.      Kelompok manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat)
5.      Kelompok bangunan dan fasilitas olahraga luar
6.      Kelompok produksi dan distribusi energi (listrik dan gas).

Pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah Daerah tidak bisa dilepaskan dari kewenangan pemerintah daerah dalam urusan infrastruktur dalam sistem desentralisasi saat ini. Tujuan negara dalam menerapkan kebijakan desentaralisasi dilihat Smith (dalam Nurcholis, 2007 : 26) berdasarkan beberapa tujuan. Pertama, desentralisasi diterapkan dalam upaya untuk pendidikan politik. Kedua, untuk latihan kepemimpinan politik. Ketiga, untuk memelihara stabilitas politik. Keempat, untuk mencegah konsentrasi kekuasaan di pusat. Kelima, untuk memperkuat akuntabilitas publik Keenam, untuk meningkatkan kepekaan elit terhadap kebutuhan masyarakat. Disamping itu Shabir Chema dan Rondinelli (dalam Syaukani, 2005: 25) menyampaikan paling tidak ada empat belas alasan yang merupakan rasionalitas dari desentralisasi yang salah satunya adalah Desentralisasi dapat mengantarkan kepada adiminstrasi pemerintahan yang mudah disesuaikan, inovatif, dan kreatif. Pemerintah daerah dapat memiliki peluang untuk menguji inovasi, serta bereksperimen dengan kebijaksanaan yang baru di daerah-daerah tertentu tanpa harus menjustifikasinya kepada seluruh wilayah negara. Kalau mereka berhasil maka dapat dicontoh oleh daerah yang lain.
Pembangunan infrastrukur oleh pemerintah daerah tidak dapat dilepaskan dari
alokasi anggaran infrastruktur melalui APBD. Dalam pengelolaan keuangan daerah,
APBD memiliki makna penting yakni:
1.      Pertama, otoriasi. Anggaran daerah menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatandan belanja pada tahun anggaran bersangkutan.
2.      Kedua, perencanaan. APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
3.      Ketiga, pengawasan. APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sudah sesuai denga ketentuan yang telah
ditetapkan.
4.      Keempat, alokasi. Anggaran daerah harus dapat diarahkan untuk menciptakan
lapangan kerja /mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya serta
meningkatkan efisiensi dan efektifitas perekonomian.
5.      Kelima, distribusi. Kebijakan anggaran daerah harus memerhatikan rasa keadilan dan kepatuhan.
6.      Keenam, stabilisasi. APBD menjadi alat ukur untuk memelihara dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Dengan demikian alokasi anggaran yang besar diharapkan akan mampu
meningkatkan kualitas infrastruktur di daerah. Alokasi anggaran infrastruktur juga
menjadi cermin perencanaan pembangunan infrasrtuktur pemerintah daerah. Jika
alokasi anggaran sudah ditingkatkan, maka bagaimana kemudian implementasi dari
program infrastuktur menjadi hal yang menarik. Apakah peningkatan alokasi tersebut mampu meningkatkan kualitas infrastruktur di daerah.
Infrastruktur di Jawa Tengah dimaknai sebagai tahun dengan fokus
pembangunan pada infrastruktur khususnya jalan raya. Fokus tersebut diarahkan pada peningkatan alokasi anggaran infrastruktur yang berasal dari APBD Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan untuk program dan kegiatan berfokus pada program peningkatan jalan dan jembatan, program rehabilitas jalan dan jembatan, dan program peningkatan sarana dan prasarana kebinamargaan. Kebijakan tersebut didasarkan pada kondisi jalan di Provinsi Jawa Tengah dan tuntutan masyarakat yang tercermin dalam kebutuhan masyarakat yang diserap oleh gubernur pada saat proses kampanye pemilihan gubernur. Kondisi pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 86,7 persen dalam kondisi baik atau 13,3 persen dalam kondisi rusak. Namun demikian untuk ruas jalan kabupaten/kota yang strategis masih banyak jalan dalam kondisi rusak. Dengan kondisi tersebut maka kemudian gubernur mengambil kebijakan tahun infrastruktur yang dimulai sejak tahun 2014. Hasil dari tahun infrastuktur tersebut adalah kondisi jalan di Jawa Tengah yang semakin baik. Pada tahun 2014 persentse panjang jalan dengan kondisi baik mencapai 86,92 persen dan pada tahun 2015 mencapai 88,27 persen. Persentase panjang jalan dengan lebar lebih dari 6 meter juga mengalami peningkatan dari 50,44 persen pada tahun 2013 menjadi 55,24 persen pada tahun 2014 dan menjadi 66,46 persen pada tahun 2015 sebagaimana dalam tabel 1.1.
Tabel 1.1
Indikator, Target dan Realisasi Program Infrastruktur Jalan

Indikator
Capaian
2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Target
Realisasi
Target
Realisasi
Persentase jalan dalam
kondisi baik
86,70
86,92
86,92
87,56
88,27
Persentase panjang jalan
dengan lebar > 6 m
50,44
54,14
55,24
59
66,46
Persentase panjang jalan
sebagai jalan kolektor
67,62
69,60
70,69
72,20
74,80
Sumber data Dinas Bina Marga Jawa Tengah
Demikian halnya dengan persentase panjang jalan kolektor yang meningkat dari
67,62% pada tahun 2013 menjadi 70,69% pada tahun 2014 dan menjadi 74,80% pada
tahun 2015. Dengan data sebagaimana dalam tabel 1 tidak saja target pembangunan
yang tercapai namun realisasi dari pembangunan infrasrtuktur jalan sangat meningkat.
Kebijakan tahun infrastruktur bertumpu pada peningkatan alokasi anggaran
pembangunan dan rehabilitas jalan dari APBD Jawa Tengah. Peningkatan alokasi
anggaran untuk program tersebut dimulai sejak tahun 2014 perubahan, mengingat
pada anggaran tahun 2014 murni sudah ditetapkan sebelum gubernur dilantik. Pada
tahun 2014 realisasi mencapai Rp 998,6 milliar atau meningkat 92 milliar dari target
dalam RPJMD. Anggaran tersebut semakin besar pada tahun 2015 yang mencapai Rp
1,88 trilyun dan pada tahun 2016 mencapai Rp 2,4 trilyun. Alokasi anggaran tahun
infrastruktur senantiasa lebih tinggi dari target belanja dalam RPJMD. Kondisi tersebut disebabkan pada saat penetapan RPJMD belum terdapat rencana kebijakan tahun infrastruktur sehingga proyeksi belanja untuk program tersebut tidak nampak
peningkatan yang begitu besar sebagaimana dalam Tabel 1.2.
Tabel 1.2
Alokasi Anggaran Program Infrastruktur Jalan Dari APBD Jawa Tengah


Tahun
Realisasi dan Prediksi
Target RPJMD
2014
998.683.739.000
906.489.821.000
2015
1.888.824.125.000
1.239.458.419.000
2016
2.429.980.450.000
1.617.491.026.000
Sumber data Dinas Bina Marga Jawa Tengah
Peningkatan alokasi anggaran untuk program pembangunan dan rehabilitasi
jalan inilah yang sangat menentukan keberhasilan tahun infrastruktur. Peningkatan
alokasi anggaran tersebut tidak saja berangkat dari usulan gubernur namun juga
adanya komitmen dari DPRD Jawa Tengah yang memiliki pandangan yang sama
terhadap pembangunan infrastruktur di Jawa Tengah melalui peningkatan APBD.
Dengan komitmen bersama itulah proses penganggaran pembangunan infrastruktur
tidak mengalami kendala.
Salah satu dampak dari peningkatan alokasi anggaran infrasrtuktur adalah pengurangan jumlah belanja pada program atau alokasi lainnya. Seperti misalnya
pengurangan pada belanja hibah yang secara kebetulan juga mengalami hambatan
seiring diberlakukannya Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yang mengharuskan syarat penerima hibah harus berbadan hukum.
Keberhasilan tahun infrastruktur juga ditentukan oleh kemampuan pemerintah
daerah dalam hal ini Dinas Bina Marga dalam melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan. Pada tahun 2014 untuk program peningkatan jalan dan jembatan
terdapat tujuh kegiatan dengan realisasi anggaran sebesar 97,10 persen. Sedangkan
untuk program rehabilitasi jalan dan jembatan terdapat 40 kegiatan dengan realisasi
mencapai 98,15 persen. Kemampuan dalam merealisasikan inilah yang kemudian
semakin meningkatkan alokasi anggaran pada tahun berikutnya.
RIBUNJATENG.COM, SEMARANG- Berikut ini data penting terkait jalan, jalan tol, jembatan dan waduk di Jawa Tengah.
1.      JALAN
·   Jalan nasional 1.390,57 kilometer
·   Jalan provinsi 2.565,62 kilometer
·   Jalan kabupaten 22.458,9 kilometer
2.      JALAN TOL
·   Seksi A Jatingaleh-Krapyak, 8,45 km, beroperasi sejak 1987, pengelola PT Jasa Marga
·   Seksi B Jatingaleh-Srondol, 6 km, beroperasi sejak 1983, pengelola PT Jasa Marga
·   Seksi C Jatingaleh-Kaligawe, 9,75 km, beroperasi sejak 1998, pengelola PT Jasa Marga
·   Seksi I Semarang-Ungaran, 16,3 km, beroperasi sejak 2011, pengelola PT Trans Marga Jateng
·   Seksi II Ungaran-Bawen, 11,3 km, beroperasi sejak 2014, pengelola PT Trans Marga Jateng
·   Pejagan (Brebes)-Kanci (Cirebon), 35 km, beroperasi sejak 2010, pengelola PT Semesta Marga Raya

3.      JEMBATAN
·   Jembatan provinsi: 2.028 buah, panjang 25.335 meter
·   Jembatan nasional: 3.338 buah, 42.879 meter
Sumber: Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah
4.      WADUK BESAR
·   Waduk Gajahmungkur, Kabupaten Wonogiri, catchment area 1.202,7 km2, volume 660,09 juta m3, kondisi baik
·   Waduk Rawapening, Kabupaten Semarang, catchment area 1.078 km2, volume 29,4 juta m3, kondisi rusak sedang
·   Waduk Sudirman (Mrica), Kabupaten Banjarnegara, catchment area 1.022 km2, volume 47 juta m3, kondisi baik
·   Waduk Wadaslintang, Kabupaten Kebumen, catchment area 196 km2, volume 388,71 juta m3, kondisi rusak ringan
·   Waduk Kedungombo , Kabupaten Grobogan, catchment area 196 km2, volume 723 ribu m3, kondisi baik
·   Waduk Malahayu, Kabupaten Brebes, catchment area 61,09 km2, volume 6,96 juta m3, kondisi rusak sedang
·   Waduk Cacaban, Kabupaten Tegal, catchment area 60,66 km2, volume 7,62 juta m3, kondisi rusak sedang
·   Waduk Sempor, Kabupaten Kebumen, catchment area 43 km2, volume 36,42 juta m3, kondisi rusak ringan

1.2.Dampak Positif dan Negatif dari Pembangunan Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Provinsi Jawa Tengah
Efek positif dari pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian ada lima, yaitu : 
1.      Produktifitas akan jauh lebih meningkat.
2.      Dengan pembangunan infrastruktur yang baik dan berkualitas maka akan menurunkan biaya input.
3.      Pastinya akan menciptakan lapangan pekerjaan dan mengurangi kemiskinan.
4.      Mengangkat sektor lain untuk bergerak lebih pesat, seperti sektor pariwisata.
5.      Meningkatkan jaringan informasi dan akses pasar lebih baik lagi.
Seperti pembangunan jalan dan fasilitas di sektor pariwisata, setidaknya akan mendongkrak perekonomian di sekitarnya. Seperti saat teman-teman berada di tempat wisata yang fasilitasnya sangat kurang, sanitasi gak memadai, lokasi  kotor dan gak terawat, udah itu jalan menuju lokasi tersebut rusak dan gak aman, pastinya kapok dong untuk kesana lagi dan membuat tempat wisata itu lama-lama sepi pengunjung. Hal tersebut akan memberikan efek negatif untuk masyarakat sekitar yang memang perekonomiannya mengandalkan dari tempat wisata tersebut.
Berbeda jika di suatu tempat wisata punya fasilitas yang memadai, sanitasi baik dan bersih, jalan yang nyaman maka akan lebih banyak wisatawan yang datang ke tempat wisata tersebut, sehingga perekonomian warga sekitar menjadi lebih baik lagi, setidaknya mengurangi pengangguran. 
Efek negatif dari pembangunan infrastruktur terhadap perekonomian
1.      Penggusuran lahan yang lebih mengedepankan aspek pemberdayaan masyarakat. misalnya menggusur pemukiman atau lahan pertanian masyarakat.
2.      Jika tak disikapi dengan baik, bisa memicu masalah sosial lainnya, seperti penambahan rakyat miskin, munculnya aksi premanisme di lokasi tersebut.



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan
                Pembangunan infrastruktur merupakan kebijakan peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi  di Provinsi Jawa Tengah. Melalui peningkatan alokasi anggaran APBD untuk program pembangunan jalan, jembatan, jalan tol, dan waduk besar . Kebijakan tersebut berawal dari program gubernur yang didukung oleh komitmen DPRD dalam proses penganggaran. Peningkatan alokasi anggaran untuk program tersebut telah berhasil meningkatkan kondisi perekonomian di Provinsi Jawa Tengah. Kemampuan pemerintah daerah dalam hal ini adalah Dinas Bina Marga dalam melaksanakan seluruh kegiatan terkait menjadi pemacu peningkatan alokasi anggaran pada tahun selanjutnya. Salah satu dampak dari kebijakan tersebut adalah semakin luas lapangan pekerjaan sehingga dapat menurunkan angka pengangguran di Provinsi Jawa Tengah yang berdampak pada kemiskinan dan kesenjangan sosial.
Pada hakekatnya infrastruktur mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini menunjukkan bahwa apabila pembangunan infrastruktur  meningkat, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat begitu juga sebaliknya.
3.2 Saran
           Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan di atas, maka penulis memberikan
saran sebagai berikut :
1.       Infrastruktur seperti jalan, jalan tol, jembatan, dan waduk,  sebagai bagian penting dalam mendorong kinerja pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah, maka pemerintah sebaiknya memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan infrastruktur tersebut agar kualitas dan kuantitasnya dapat memberikan manfaat terhadap masyarakat Provinsi Jawa Tengah sehingga nantinya akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat dan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
2.       Bagi Pengusaha kemudahan yang bersifat membangun seperti dari segi
ketersediaan bahan baku harus memiliki kemudahan akses jalur penghubung
yang baik agar kegiatan usaha yang mereka lakukan mampu berjalan dengan
baik dan memiliki daya saing dengan usaha-usaha lainnya. Tentu hal ini sangat
diharapkan oleh para pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Oleh
sebab itu, infrastruktur jalan sangat berperan penting disini untuk mendukung keberlangsungan aktivitas perekonomian para pengusaha sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Jawa Tengah.
3.       Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan,
maka diperlukan kebijakan-kebijakan yang dapat mendorong agar infrastruktur
dapat membantu peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerintah Provinsi Jawa Tengah harus mampu membuat infrastruktur yang nantinya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, serta manfaat dari peningkatan
infrastruktur tersebut dapat juga dirasakan oleh masyarakat, karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi harus diimbangi dengan kesejahteraan masyarakat yang merata.



DAFTAR PUSTAKA