Wednesday, June 26, 2019 | By: Fajar Aji Kurniawan

#26 Indahnya Berbagi

Indahnya Berbagi

Hasil gambar untuk berbagi itu indah


Banyak orang berasumsi bahwa berbagi itu indah namun tidak banyak dari antara mereka yang melakukannya. Hal ini tentu saja salah sobat belia, mengapa tidak? Kita gempar mengumbar istilah indahnya berbagi namun saat salah seorang kawan sobat belia membutuhkan sebuah pulpen untuk menulis saat ujian mendadak sobat belia ada saja yang pura-pura tidak mendengar dan bahkan mengatakan sobat tidak memiliki pulpen lain selain yang ada di genggaman anda, padahal anda memiliki 2 pulpen namun takut pulpennya nanti akan kehabisan tinta.

Berangkat dari hal kecil berbagi pulpen saat ujian yang paling banyak terjadi di kehidupan sobat belia atau mungkin saja kemalangan. Seorang sobat kita sedang ditimpa kemalangan karena rumahnya terbakar, terkena banjir atau tertimpa longsor maka OSIS mencoba meminta kesukarelaan  untuk memberikan sedikit dari uang jajan sobat belia sekalian, namun sobat belia menjawab: "Maaf ya, aku gak punya uang lagi".

Di balik jawaban tidak punya uang tersebut rupanya selidik punya selidik sobat belia saaat ditemui di kantin sekolah telah membeli jajanan banyak. Nah hal ini tidak boleh dicontoh, mengapa? Dalam kejadian ini sobat belia telah melakukan dua dosa sekaligus. Pertama, sobat belia telah berbohong dan kedua seobat belia tidak peduli sesama atau tidak ingin menolong sesama yang tertimpa musibah.
Alkisah seorang anak selalu memperhitungkan segala sesuatunya dengan materi. Jika disuruh oleh orangtuanya, Mino selalu meminta imbalan.

Memang sejak kecil Mino selalu dibekali oleh orangtuanya dengan memberikan imbalan saat disuruh dan akhirnya terbawa-bawa hingga dewasa. Suatu hari Mino bertemu dengan seorang kakek tua yang badannya penuh dengan lumpur serta bajunya lusuh. Kakek tua tersebut meminta Mino untuk menolongnya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada anaknya yang alamatnya tidak jauh dari rumah Mino. Dengan sigap Mino mengulurkan tangannya dan meminta imbalan kepada sang kakek. Kakek langsung bersedih dan mengatakan: Nak kakek tidak membawa uang saat ini, tapi nanti setelah kamu sampai di alamat yang kakek berikan, di sana akan berjumpa seorang penjaga pintu dan kamu akan disuruh masuk setelah menyerahkan surat ini. Setelah itu di dalam rumah kamu akan mendapatkan imbalan besar. Karena mendengar kata imbalan besar mino langsung saja berangkat menuju rumah tersebut.

Mino rupanya penasaran juga mengapa dirinya langsung mau saja disuruh oleh kakek yang tidak jelas dan belum dikenalnya. Mino membuka isi surat tersebut dan melihat di dalamnya hanya ada tulisan "Senang". Mino merasa telah dibodohi oleh sang kakek dan kembali menjumpai sang kakek yang belum jauh pergi. Namun saat mendekati sang kakek Mino melihat, kakek tersebut memberikan rotinya kepada seorang anak kecil yang wajahnya tidak asing baginya, anak kecil tersebut merupakan anak yang telah ditinggalkan kedua orang tuanya karena mengalami kecelakaan.

Anak kecil itu merupakan adik sahabatnya. Anak kecil tersebut sangat senang mendapat roti dan mengucapkan terima kasih dan langsung memankannya, sang kakek menatap anak tersebut saat menyantap rotinya dan menelan airliurnya untuk tidak keluar, anak tersebutpun membagi kembali roti tersebut dan kakek meminta hanya sedikit untuk mengganjal rasa lapar saja.

Mino berhenti sejenak dan berpikir, kakek yang seharusnya lebih membutuhkan rotinya malah memberikannya kepada orang lain. Aku yang hanya diminta tolong mengantar pesan penting kepada saudaranya kakek masa ingin meminta imbalan? Mino merasa malu dan kembali pergi ke tujuan surat dengan senang hati. Setelah Mino memberikannya rupanya dirinya diberikan sejumlah uang oleh orang yang meminta surat tersebut tetapi Mino menolaknya. Sejak saat itu Mino berubah menjadi orang yang suka berbagi dan menolong orang lain tanpa imbalan.

Kisah di atas tentu semakin memperkuat makna dari indahnya berbagi tadi. Sebenarnya penyebab orang tidak ingin berbagi itu apa sih? Tentu sobat belia penasaran juga bukan?
Menurut beberapa psikolog yang dikutip dari majalah Ayahbunda bahwa berbagi seharusnya sudah ditanamkan dalam benak si anak sejak dini. Kita tentu seing meminta apapun yang dipegang oleh anak berusia 3 tahun dan dirinya tidak ingin memberikannya.

Hal ini memang wajar saja karena mereka senang mencoba belajar mengenali dunianya, disini peran orangtua untuk mengajarinya berbagilah yang begitu penting. Orangtua sebaiknya melatih sang anak dengan memberi suatu benda seperti alat mainan dan memintanya kembali atau menyuruhnya memberikan kepada kawan bermainnya. Hal ini akan melatihnya untuk mau berbagi kelak sampai usianya sama seperti sobat belia bahkan sampai usia tua.

Pada usia seperti kita yang mengabaikan orang meminta tolong adalah kita mencoba menutup mata hati kita dan menganggap bahwa kita akan kekurangan jika member sedikit kepunyaan kita. Berangkat dari seorang tokoh dunia yang terkenal karena suka berbagi, Bunda Teresa. Bunda Teresa, seorang yang memberi hatinya untuk melayani di tengah-tengah masyarakat miskin di India.  Dilahirkan di Skopje, Albania pada 26 Agustus 1910, Bunda Teresa merupakan anak bungsu. Ketika berusia delapan tahun, ayahnya meninggal dunia, dan meninggalkan keluarganya dengan kesulitan finansial. Meski demikian, ibunya memelihara Gonxha dan ketiga saudaranya dengan penuh kasih sayang.

Ia memulai pelayanannya dengan membuka sebuah sekolah pada 21 Desember 1948 di lingkungan yang kumuh. Karena tidak memiliki dana, ia membuka sekolah terbuka, di sebuah taman. Di sana ia mengajarkan pentingnya pengenalan akan hidup yang sehat, di samping mengajarkan membaca dan menulis pada anak-anak yang miskin. Selain itu, berbekal pengetahuan medis, ia juga membawa anak-anak yang sakit ke rumahnya dan merawat mereka. Segala yang diilakukannya tanpa mengharapkan imbalan dan tidak kekurangan suatu apapun malah segala yang ingin dilakukannya terpenuhi. Berkat baktinya bagi mereka yang tertindas memperoleh penghargaan kemanusiaan.

0 comments:

Post a Comment